Minyak atsiri
diperoleh dengan cara ekstraksi
Proses ekstraksi
meliputi beberapa tahapan :
1.
Perajangan
Sebelum
bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu menjadi
potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan untuk memudahkan
penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk mengurangi sifat kamba bahan oral.
Besar ukuran partikel hasil rajangan bervariasai, tergantung dari jenis bahan
itu sendiri. Selama proses perajangan akan terjadi penguapan komponen minyak
bertitik didih rendah, dan jika dibiarkan beberapa menit akan terjadi
penyusutan bahan sekitar 0,5 % akibat penguapan minyak. Oleh karena itu, jika
di inginkan rendemen dan mutu minyak yang baik, maka hasil rajangan harus di
masukkan dalam ketel suling. Kelemahan bahan yang di rajang karena :
1) Jumlah
total minyak berkurang, akibat penguapan selama perajangan.
2) Komposisi
minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.
2.
Penyimpanan bahan olah
Tempat
dan kondisi bahan olah sebelum perajangan mempengaruhi penyusutan minyak
atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu besar seperti pada perajangan.
Penyimpanan bahan olah dengan cara penimbunan sering di lakukan akibat
terhambatnya proses penyulingan atau karena kapasitas ketel suling yang kurang
besar. Jika bahan olah harus di simpan sebelum di proses, mka harus di simpan
dalam udara kering yang bersuhu rendah, dan udara tidak d sirkulasi. Jika
mungkin ruangan di lengkapi dengan “air conditioner”. Sirkulasi dan kelembaban
udara yang ekstrim selama penyimpanan mengakibatkan proses resinifikasi,
penguapan dan proses oksidasi. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara
kering tergantung dari beberapa faktor, yaitu : kondisi bahan, metode dan lama
penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Bahan olah berupa daun dan
bunga tidak dapat disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa kulit pohon,
akar, kayu lebih tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yang menguap lebih
kecil.
Sebagian
bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di simpan atau disuling.
Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah adalah :
a. menguapkan
sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan mudah, dan singkat.
b. Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga
berbau wangi.sebagai contoh ialah untuk memecahkan glikosida (amigdalin)
menjadi benzaldehid yang berbau wangi pada minyak almon dan akar orris. Hal
yang sam terjadi pula pada minyak nilam dan vanila. Kehilangan minyak selama
periode pelayuan dan pengerian lebih besar dari kehilangan minyak selama proses
penyimpanan. Hal ini terjadi karena proses pengeringan, air dalam tanaman akan
berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap. Bahan yang
mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya hanya dilayukan atau
dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan bahan yang mengandung minyak
atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut.Minyak atsiri
adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenywaan padat yang
berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak
atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu :
1.
Penyulingan
Penyulingan
adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam
campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Jumlah
minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor, yaitu
:
a. Besarnya
tekanan uap yang digunakan.
b. Berat
molekul masing-masing komponen dalam minyak
c. Kecepatan
minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan
tekanan atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini
hanya dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi
pada suhu yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapakelemahan
yaitu :
a. Tidak
baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh
adanya panas dan air
b. Minyak
atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air dan
panas
c. Komponen
minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen
minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai daya
fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam
bahan.
e. Bau
wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.
2.
Pengepresan ( Pressing )
Ekstrak
minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan beruba biji,
buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus,
karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika
diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “
grape fruit “ dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan
tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing dan
expeller pressing.
3.
Ekstraksi Dan Pelarut Menguap ( solvent
extraction )
Prinsip
ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap.
Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah ( ketel ) yang disebut “
extractor ”. Berbagai tipe “ extractor “ yang telah dikenal adalah “ Bonotto
extractor “, “ Kennedi extractor “, “ Bpllsman extractor “, “ De Smet extractor
“, “ Hilderbrandt extractor “.
Ekstraksi
dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstrasi minyak atsiri yang
mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak
minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dll.
Pemilihan pelarut
Salah
satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan mutu
pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
a.
Harus dapat melarutkan
semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan tidak dapat melarutkan bahan
seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b.
Mempunyai titik didih
yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun titik didih pelarut
tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan mengakibatkan
hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c.
Pelarut tidak boleh
larut dalam air.
d.
Pelarut haru bersifat “
inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga.
e.
Pelarut harus mempunyai
titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
f.
Harga pelarut harus
serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar Penggunaan campuran
berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan mutu minyak yang cukup baik,
dibandingkan dengan pelarut murni. Beberapa jenis pelarut yang biasa
dipergunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri antara lain petroleum ether,
benzene, alcohol.
4. Ekstraksi
Dengan Lemak Padat
Proses
ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-bungaan, dalam
rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
a. Sifat
bunga
Pada
umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga
terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan
minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan
bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak
atau terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut hanya dapat
mengekstraksi minyak yang terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan
tersebut kontak dengan pelarut.
Untuk
mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih baik, maka
selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam
bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.
Ekstraksi
minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu “ enfleurage “
dan “ macerate “.
b. Enfleurasi
( enfleurage )
Pada
proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah (
keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena memerlukan waktu yang
lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.
Akhir
dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan minyak
bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan menggunakan
alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan alcohol
menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.
Lemak
mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini digunakan
sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Syarat-syarat
lemak yang digunakan
a. Lemak
tidak berbau
Lemak
yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat mencemari bau minyak atsiri yang
dihasilkan. Bau lemak dapat dihilangkan dengan proses deodorisasi.
b. Lemak
mempunyai konsistensi tertentu
Konsistensi
lemak yang digunakan perlu diatur, karena lemak yang terlalu keras mempunyai
daya absorbs yang rendah. Jika konsistensi lemak terlalu lunak, maka lemak
banyak melekat pada bunga sehingga sukar dipisahkan.
Konsistensi
lemak dapat diatur dengan cara hidrogenasi atau mencampur 2 macam lemak yang
titik cairnya berbeda, sehingga didapatkan lemak dengan konsistensi dan titik
cair tertentu. Lemak yang sudah sekali dipakai pada proses ekstraksi tidak
dapat dipakai kembali dan biasanya dijadikan sabun dan kosmetik.
Keuntungan
dan kerugian metode absorbs oleh lemak
Keuntungan
:
a.
Rendemen minyak yang
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan cara “ solvent
ectraction “.
b.
Minyak yang dihasilkan
berbau lebih wangi karena kerusakannya relative kecil.
Kerugian
:
a.
Metode tersebut
penggunaannya terbatas pada beberapa jenis bunga saja.
b.
Lemak yang mengandung
antioksidan, dapat merubah bau minyak atsiri
c.
Ekstraksi minyak atsiri
dari “ pomade “ dengan menggunakan alcohol akan mengekstrak lemak dalam jumlah
kecil.
d.
Lemak dapat digunakan
hanya untuk satu periode ekstraksi, yaitu sampai lemak sudah jenuh oleh minyak
atsiri
sumber : https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiN2P2Ct7HZAhXLro8KHYXHAEEQFggkMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F19700592%2FMakalah_Farmakognosi_Minyak_Atsiri&usg=AOvVaw28sIUu-MEWtiHFSJMKVcCF
sumber : https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiN2P2Ct7HZAhXLro8KHYXHAEEQFggkMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F19700592%2FMakalah_Farmakognosi_Minyak_Atsiri&usg=AOvVaw28sIUu-MEWtiHFSJMKVcCF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar